Powered By Blogger

Rabu, 02 Juli 2014

I Want You to Stay



Cerita ini merupakan karangan belaka, bukan kisah nyata-----------------------------

Hembusan angin perlahan mulai terasa bermain riang dengan rambut panjang sebahu milikku yang ku biarkan terjatuh. Aku duduk dengan beralaskan pasir pantai, kedua lenganku ku lingkarkan pada kedua lipatan kakiku.  Aku menatap pada perbatasan antara laut dan langit; pada garis cakrawala. Tepat diantara garis itu benda bulat berwarna jingga perlahan tenggelam dan membiarkan langit kehilangan. Kemudian langit berubah warna bercampur dengan jingga sehingga menghasilkan gradasi yang sangat indah bersama bias bias cahaya. 

Aku menarik nafas dalam dan sesekali memejamkan mata. Aku ingin merasakan betapa indahnya kuasa Tuhan tentang alam ini. Aku ingin merasakan kedamaian dan melepaskan segala beban.
Sesuatu tentang aku dan dia kemudian merajuk masuk kembali di kepalaku. Aku seperti kehilangan oksigen dan hampir menitihkan air mata.

 Tangan seseorang tiba tiba merangkul pundak ku. Aku tahu itu pasti milik Dava.. Kemudian Dava ikut duduk disampingku, dia tersenyum ke arahku “Aaaaah....indah banget ya sunsetnya liv” Aku hanya tersenyum dan mengangguk aku tak ingin memalingkan wajahku ke arahnya.

Tak ada suara antara aku dan Dava, kami terdiam. Aku dan dia berada pada gelembungnya masing-masing. Sesekali nafasku terasa berat hingga aku bisa mendengarnya sendiri.

“Liv...” ucapnya memecahkan keheningan.
Aku mendengarnya namun terasa mengambang. Aku fikir itu bukan pertanyaan dan aku tak perlu mengatakan apapun.
“Liv..” ucapnya lagi.
Dava kemudian membenarkan posisinya dan duduk tepat di depanku bukan lagi disebelahku.
“Kenapa?” kataku akhirnya.
“Lo nangis? Kenapa sih barbie ?” tanyanya
“Gue gapapa” jawabku sambil menunduk tanpa melihat ke arahnya.

Dava yang tak puas dengan jawabanku kemudian mengangkat daguku dengan tangan kanannya dan bertanya sekali lagi “Kamu kenapa?”
Aku membuang wajahku dan membiarkannya jatuh dari tangan dava. Sekali lagi aku menggeleng. Aku berusaha menyembunyikan mataku yang mulai basah. Namun usahaku gagal karna bahuku terus berguncang karna tangis sesak yang ku ciptakan. Aku tak kuasa...aku menangis sejadi jadinya dihadapan Dava.
Dava yang tak biasa melihat aku menangis akhirnya menarikku kedalam pelukannya. Aku dan Dava berhamburan dengan erat seolah tak ingin kehilangan.

“Dav...gue sayang sama lo, gue benci perpisahan, Gue gak mau lo pergi.” Kataku akhirnya dengan sangau sambil berlumuran air mata dibelakang punggunya.

Dava tak menjawab ucapanku, aku tahu dia juga sedang berusaha menahan tangisnya. Itu semua tersirat lewat pelukannya yang sangat erat sehingga aku mulai merasakan sesak.

Aku dan Dava dua manusia yang di pertemukan dalam sebuah produksi film. Aku tahu ini terlalu cepat, namun inilah yang Aku dan Dava rasakan; persasaan nyaman. Kami bertemu 6 bulan lalu, beradegan mesra setiap harinya untuk membangun chemistri...sangat sulit bagiku untuk memungkiri bahwa perasaan ini hanyalah sebatas tuntutan peran. Karna Dava selalu bersamaku, dia selalu menyambut senyumku dengan tatapan penuh cinta yang tak ku pungkiri telah memikat hatiku. Kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bercanda atau mengisi jeda waktu. Dengannya...aku bisa berbuat apa saja, membiacarakan apa saja tanpa perlu merubah diriku sempurna karna profesiku sebagai public figure. Dia menerimaku apa adanya, saat bersamanya disanalah ku temukan dunia baru dunia yang seakan tanpa bosan ku kelilingi walau berulangkali. Aku sangat nyaman bersamanya..Sangat...I dont need anything cause I have my world..yes I have Him

Dava melepaskan pelukannya, tangannya kemudian berada dipipiku berusaha menghapus airmataku. Tangan yang lebih dulu juga mengahpus air matanya yang sengaja iya sembunyika dariku.
“Barbie gue juga sayang sama lo...gue akan selalu samasama elo kok” ucapnya dengan senyum yang bisa membuatku ikut tersenyum seketika.

Semua penat dan sesak seakan hilang. Pikiran tentang perpisahan dan kehilangan seakan tak ada lagi. Aku tersenyum lagi. Ya...karna hanya Dava yang bisa membuatku merasa nyaman. Hanya Dava yang bisa membuat semuanya kembali baik baik saja. When I’m with you my life it’s as easy as breathing....

Aku menatapnya dalam...“Gendong...” kata ku dengan manja
“Apa? Gendong? Manja banget sih” ucapnya dengan tawa dan alis terangkat
“Ihh gendong pokonya” pintaku lagi dengan manja seperti anak kecil. Aku selalu manja saat bersamanya, dan Dava tak pernah bisa menolak pintaku karna dia selalu ingin melihatku tersenyum..

Dava kemudian berdiri dihadapanku dan mengulurkan tangannya padaku, mencoba membantuku untuk berdiri. “Gendongg!!”
“Ayo naik” katanya yang sudah setengah membungkuk
Aku melompat kepunggungnya, kemudian melingkarkan lenganku dilehernya. Dava menggendongku dan kami beranjak pindah dari bibir pantai. Dava membawaku berlali dalam gendongannya, berlari sekuat tenaganya yang baru kusadari ia tak mengenakan alas kaki. Sehingga kaki putihya berlumuran pasir pantai yang halus.

“Davaaaaa......” teriakku sambil tertawa dalam gendongan Dava yang semakin kencang membawaku berlari
Tiba tiba Dava berhenti dan menurunkanku kembali ke pasir pantai. “Ih kok udah?”
“Lu bawel sih” katanya sambil mencubit pipiku
“Davaaa!!!”

Dava menarik kedua tanganku mengangkatnya bersama kedua tangannya ke depan dadanya. “Dava sayang Oliv” katanya dengan sungguh sungguh.
Aku hanya tersenyum dan tersipu malu, mukaku langsung memerah seketika “Oliv juga sayang Dava” kataku akhirnya


Dava kembali menarikku kedalam pelukannya dan mebelai rambutku perlahan.Aku berusaha menyakinkan diriku bahwa Dava tak akan pernah pergi meninggalkan aku walau semua ini akan segera berakhir. Dia akan selalu disisiku. Everyday I spent with you is the best day of my life...