Powered By Blogger

Kamis, 12 Maret 2015

Someone's Effect

Entah kekuatan darimana yang membuatku menulis tentang ini. Oke, kali ini seharusnya aku sedang mengerjakan beberapa tugas mata kuliah yang belum ku selesaikan sepenuhnya. Tapi sesuatu dikepalaku menghambat laju berpikir otakku. Tentang seseorang yang untuk pertama kalinya ku temui hari ini. Seseorang yang untuk pertama kalinya menyapaku lebih dulu. Dalam pendengaranku entah mengapa suaranya ketika memanggil namaku menjadi seperti Lullaby yang menenangkan dan terngiang-ngiang merdu.

Demi Tuhan aku tak mengenal siapa dia, tapi mengapa senyumnya... Omong-omong soal senyumnya tadi siang, bolehkah aku bilang kalau tadi adalah senyuman paling manis yang pernah aku lihat? Berlebihan memang, padahal dia bukan artis tampan atau bintang iklan yang selalu mempesona dengan aura dan senyumnya. Tapi dimataku senyumnya adalah yang termanis, terkesan tulus dan ah....

Aku membayangkannya lagi! Membayangkan dia tersenyum kepadaku.

Oke aku ceritakan who he is.... Laki-laki dengan tinggi sekitar dua puluh centi diatas ku, bertubuh tegap dan seperti tokoh utama dalam novel yang sangat memikat hati dan membuat siapa saja terpesona. Dia gak ganteng tapi manissss

Dan hanya bermodalkan tahu nama panggilannya saja, aku berusaha mencari tahu tentangnya. Orang gila! Yang benar saja, masa hanya pada pertemuan pertama aku suka sama dia?

Kalau boleh jujur, aku memang pernah melihatnya dan tak jarang berpapasan dengannya di lorong kampus. Tapi baru kali ini untuk pertama kalinya dia menyapaku, membuatku penasaran darimana dia tahu namaku? Please, kenapa susah sekali untuk berhenti untuk berasumsi sendiri wahai pikiranku? Jangan meracuni otakku dan besar kepala seolah dia memang mengincarku.

Dear otak, hati, mata, dan pikiranku... seharusnya kita sama-sama belajar dari masa lalu. Bagaimana dengan mudahnya kita mengizinkan seseorang masuk ke dalam pikiran kita dan perlahan masuk ke hati kita dan ternyata malah menghancurkannya perlahan. Susah bukan untuk memulihkannya? So please berhati-hatilah bersamaku menjaga hatiku terutama..



Ditengah tumpukan tugas kuliah ditemani senyumnya
Depok, 12 Maret 2015

Rabu, 02 Juli 2014

I Want You to Stay



Cerita ini merupakan karangan belaka, bukan kisah nyata-----------------------------

Hembusan angin perlahan mulai terasa bermain riang dengan rambut panjang sebahu milikku yang ku biarkan terjatuh. Aku duduk dengan beralaskan pasir pantai, kedua lenganku ku lingkarkan pada kedua lipatan kakiku.  Aku menatap pada perbatasan antara laut dan langit; pada garis cakrawala. Tepat diantara garis itu benda bulat berwarna jingga perlahan tenggelam dan membiarkan langit kehilangan. Kemudian langit berubah warna bercampur dengan jingga sehingga menghasilkan gradasi yang sangat indah bersama bias bias cahaya. 

Aku menarik nafas dalam dan sesekali memejamkan mata. Aku ingin merasakan betapa indahnya kuasa Tuhan tentang alam ini. Aku ingin merasakan kedamaian dan melepaskan segala beban.
Sesuatu tentang aku dan dia kemudian merajuk masuk kembali di kepalaku. Aku seperti kehilangan oksigen dan hampir menitihkan air mata.

 Tangan seseorang tiba tiba merangkul pundak ku. Aku tahu itu pasti milik Dava.. Kemudian Dava ikut duduk disampingku, dia tersenyum ke arahku “Aaaaah....indah banget ya sunsetnya liv” Aku hanya tersenyum dan mengangguk aku tak ingin memalingkan wajahku ke arahnya.

Tak ada suara antara aku dan Dava, kami terdiam. Aku dan dia berada pada gelembungnya masing-masing. Sesekali nafasku terasa berat hingga aku bisa mendengarnya sendiri.

“Liv...” ucapnya memecahkan keheningan.
Aku mendengarnya namun terasa mengambang. Aku fikir itu bukan pertanyaan dan aku tak perlu mengatakan apapun.
“Liv..” ucapnya lagi.
Dava kemudian membenarkan posisinya dan duduk tepat di depanku bukan lagi disebelahku.
“Kenapa?” kataku akhirnya.
“Lo nangis? Kenapa sih barbie ?” tanyanya
“Gue gapapa” jawabku sambil menunduk tanpa melihat ke arahnya.

Dava yang tak puas dengan jawabanku kemudian mengangkat daguku dengan tangan kanannya dan bertanya sekali lagi “Kamu kenapa?”
Aku membuang wajahku dan membiarkannya jatuh dari tangan dava. Sekali lagi aku menggeleng. Aku berusaha menyembunyikan mataku yang mulai basah. Namun usahaku gagal karna bahuku terus berguncang karna tangis sesak yang ku ciptakan. Aku tak kuasa...aku menangis sejadi jadinya dihadapan Dava.
Dava yang tak biasa melihat aku menangis akhirnya menarikku kedalam pelukannya. Aku dan Dava berhamburan dengan erat seolah tak ingin kehilangan.

“Dav...gue sayang sama lo, gue benci perpisahan, Gue gak mau lo pergi.” Kataku akhirnya dengan sangau sambil berlumuran air mata dibelakang punggunya.

Dava tak menjawab ucapanku, aku tahu dia juga sedang berusaha menahan tangisnya. Itu semua tersirat lewat pelukannya yang sangat erat sehingga aku mulai merasakan sesak.

Aku dan Dava dua manusia yang di pertemukan dalam sebuah produksi film. Aku tahu ini terlalu cepat, namun inilah yang Aku dan Dava rasakan; persasaan nyaman. Kami bertemu 6 bulan lalu, beradegan mesra setiap harinya untuk membangun chemistri...sangat sulit bagiku untuk memungkiri bahwa perasaan ini hanyalah sebatas tuntutan peran. Karna Dava selalu bersamaku, dia selalu menyambut senyumku dengan tatapan penuh cinta yang tak ku pungkiri telah memikat hatiku. Kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bercanda atau mengisi jeda waktu. Dengannya...aku bisa berbuat apa saja, membiacarakan apa saja tanpa perlu merubah diriku sempurna karna profesiku sebagai public figure. Dia menerimaku apa adanya, saat bersamanya disanalah ku temukan dunia baru dunia yang seakan tanpa bosan ku kelilingi walau berulangkali. Aku sangat nyaman bersamanya..Sangat...I dont need anything cause I have my world..yes I have Him

Dava melepaskan pelukannya, tangannya kemudian berada dipipiku berusaha menghapus airmataku. Tangan yang lebih dulu juga mengahpus air matanya yang sengaja iya sembunyika dariku.
“Barbie gue juga sayang sama lo...gue akan selalu samasama elo kok” ucapnya dengan senyum yang bisa membuatku ikut tersenyum seketika.

Semua penat dan sesak seakan hilang. Pikiran tentang perpisahan dan kehilangan seakan tak ada lagi. Aku tersenyum lagi. Ya...karna hanya Dava yang bisa membuatku merasa nyaman. Hanya Dava yang bisa membuat semuanya kembali baik baik saja. When I’m with you my life it’s as easy as breathing....

Aku menatapnya dalam...“Gendong...” kata ku dengan manja
“Apa? Gendong? Manja banget sih” ucapnya dengan tawa dan alis terangkat
“Ihh gendong pokonya” pintaku lagi dengan manja seperti anak kecil. Aku selalu manja saat bersamanya, dan Dava tak pernah bisa menolak pintaku karna dia selalu ingin melihatku tersenyum..

Dava kemudian berdiri dihadapanku dan mengulurkan tangannya padaku, mencoba membantuku untuk berdiri. “Gendongg!!”
“Ayo naik” katanya yang sudah setengah membungkuk
Aku melompat kepunggungnya, kemudian melingkarkan lenganku dilehernya. Dava menggendongku dan kami beranjak pindah dari bibir pantai. Dava membawaku berlali dalam gendongannya, berlari sekuat tenaganya yang baru kusadari ia tak mengenakan alas kaki. Sehingga kaki putihya berlumuran pasir pantai yang halus.

“Davaaaaa......” teriakku sambil tertawa dalam gendongan Dava yang semakin kencang membawaku berlari
Tiba tiba Dava berhenti dan menurunkanku kembali ke pasir pantai. “Ih kok udah?”
“Lu bawel sih” katanya sambil mencubit pipiku
“Davaaa!!!”

Dava menarik kedua tanganku mengangkatnya bersama kedua tangannya ke depan dadanya. “Dava sayang Oliv” katanya dengan sungguh sungguh.
Aku hanya tersenyum dan tersipu malu, mukaku langsung memerah seketika “Oliv juga sayang Dava” kataku akhirnya


Dava kembali menarikku kedalam pelukannya dan mebelai rambutku perlahan.Aku berusaha menyakinkan diriku bahwa Dava tak akan pernah pergi meninggalkan aku walau semua ini akan segera berakhir. Dia akan selalu disisiku. Everyday I spent with you is the best day of my life...

Jumat, 07 Maret 2014

Sepenggal Kisah Rindu


Seharusnya saat ini aku sedang fokus menghafal doa-doa untuk Ujian Praktek Agama Islam besok. Tapi entah mengapa sesuatu tiba-tiba melintas di atas kepalaku. Fikiranku semakin membawaku pergi jauh di alam bawah sadarku. Akhirnya aku menyadari bahwa hatiku semakin teriris perih. Aku melupakan sejenak tentang tugas-tugas yang berserakan yang sudah menuntutku untuk segera di kerjakan.

Sosok itu menarikku kembali ke masa yang paling aku benci. Masa lalu itu sepertinya hidup kembali, berpura-pura menegur bak bidadari namun nyatanya berniat untuk menjatuhi. Hari ini, aku melihatmu, kamu mulai menyapaku lebih dulu. Harusnya aku tak perlu menoleh ketika kau memanggil namaku dengan begitu lirih. Rupamu masih sama seperti dulu, aku sama sekali tak melihat ada yang berbeda dari wajah manis itu. Aku selalu hafal senyum manis dan mata indah yang setiap waktu selalu membiusku. Aku masih hafal tubuh  nan tinggi menjulang dengan dada bidang yang dari dulu ingin sekali aku rasakan pelukannya. Suara lembut yang seperti bisikan ketika memanggil namaku. Aku merindukan itu, merindukan saat kita bisa berbicara malu-malu, bukan dengan jarak sejauh ini.

Andai aku punya mesin waktu, ingin sekali ku cicipi sedikit saja kebahagian saat bersamamu. Ingin ku kembalikan sosok kamu yang dulu pernah menjadi bagian dari hari-hariku tapi sayang aku tak punya mesin waktu. Kamu yang sekarang bukan lagi kamu yang selalu temani aku untuk menatap malam penuh bintang. Kamu yang sekarang bukan lagi laki-laki penyuka bulan. Kamu...bukan lagi yang dulu aku kenal.

Setiap waktu selama dua tahun ini aku selalu membisu, diam-diam mencari tahu kabarmu lewat lini waktu twittermu. Aku tahu disana kau selalu terlihat baik-baik saja. Aku tak pernah berani untuk menyapamu lebih dulu meskipun itu hanya dunia maya. Tapi ketakutan itu selalu sama. Aku takut mengganggu hubungan barumu dengan dia. Maka dari itu, ku putuskan untuk diam dan menunggu kamu yang mencariku lebih dulu.

Waktu dua tahun yang aku kira lambat ternyata berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin berkenalan denganmu namun mengapa kini kita sudah sangat berjauhan? Rasanya baru kemarin menikmati pakaian putih abu-abu dan kini hanya menghitung hari pakaian itu akan kugantungkan dilemari. Dan apa seperti ini cerita putih abu-abu yang akan ku kenang? Selalu tentang kamu dan perasaanku?

Selama ini....selama dua tahun ini, kamu seperti hantu yang datang dan pergi menggoda imanku. Kamu menggangguku dalam proses melupakanmu. Dan kelemahanku adalah tak pernah berani mengusirmu karna aku tak pernah ingin melukai perasaanmu. Apa kau tahu? Selama dua tahun ini yang kutulis seluruhnya adalah tentang kamu, tentang perasaanku terhadapmu. Kamu telah menjelma secara magis lewat tulisanku. Perasaan yang Tuhan tumbuhkan dihatiku kepadamu terlalu kuat, hingga aku sendiri tak mampu mencabutnya. Kini...bisakah kau bisikkan pada Tuhan tuk mencabut perasaan ini dari hatiku?

Aku tahu, kamu pernah punya yang baru dan melupakanku. Dan sekarang kamu dan dia sudah mengakhiri segalanya bahkan kau sudah temukan yang baru lagi. Selama rentan waktu itu kamu juga masih sering menghubungiku lebih dulu lewat chat bbm atau whatsapp. Memulai kembali percakapan denganku, tanpa rasa bersalah. Aku senang kau hubungi lebih dulu meski dengan datang dan pergi. Begitukah kamu hadir dalam hidupku? Mencariku ketika kesepian datang menghampirimu dan ketika kau temukan yang baru kamu melupkanku. Aku merasakan itu berkali kali selama ini. Apa hanya aku yang kau perlakukan seperti ini?
Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin agar rasa yang tertahan bisa terlupakan. Aku ingin tahu rasanya menikmati hari tanpa beban perasaan. Aku ingin tahu rasanya bahagia sesungguhnya tanpa harus berpura-pura tegar. Aku selalu menunggu waktu, waktu perpisahan kelas 12 dan memulai sesuatu yang baru tanpa memikirkanmu. Karena selama ini aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Karena tak pernah ada yang tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Tak banyak yang tahu bahwa air mataku masih terjatuh untukmu, yang mereka tahu aku hanyalah temanmu, persinggahan disaat kamu butuh. Padahal, mereka tak pernah tahu betapa kita dulu pernah berjalan begitu dekat seakan tanpa jarak.

Kini aku hanya ingin bertanya, kapan kau akhiri semua teka-teki ini ? Karena aku sudah lelah memainkannya.....

Maafkan perempuan tak tahu diri

yang masih saja mengharapkanmu..