Cerita ini
merupakan karangan belaka, bukan kisah nyata-----------------------------
Hembusan angin perlahan mulai terasa bermain riang dengan
rambut panjang sebahu milikku yang ku biarkan terjatuh. Aku duduk dengan
beralaskan pasir pantai, kedua lenganku ku lingkarkan pada kedua lipatan
kakiku. Aku menatap pada perbatasan
antara laut dan langit; pada garis cakrawala. Tepat diantara garis itu benda
bulat berwarna jingga perlahan tenggelam dan membiarkan langit kehilangan.
Kemudian langit berubah warna bercampur dengan jingga sehingga menghasilkan
gradasi yang sangat indah bersama bias bias cahaya.
Aku menarik nafas dalam dan
sesekali memejamkan mata. Aku ingin merasakan betapa indahnya kuasa Tuhan tentang
alam ini. Aku ingin merasakan kedamaian dan melepaskan segala beban.
Sesuatu tentang aku dan dia kemudian merajuk masuk kembali di
kepalaku. Aku seperti kehilangan oksigen dan hampir menitihkan air mata.
Tangan seseorang tiba
tiba merangkul pundak ku. Aku tahu itu pasti milik Dava.. Kemudian Dava ikut
duduk disampingku, dia tersenyum ke arahku “Aaaaah....indah banget ya sunsetnya
liv” Aku hanya tersenyum dan mengangguk aku tak ingin memalingkan wajahku ke
arahnya.
Tak ada suara antara aku dan Dava, kami terdiam. Aku dan dia
berada pada gelembungnya masing-masing. Sesekali nafasku terasa berat hingga
aku bisa mendengarnya sendiri.
“Liv...” ucapnya memecahkan keheningan.
Aku mendengarnya namun terasa mengambang. Aku fikir itu bukan
pertanyaan dan aku tak perlu mengatakan apapun.
“Liv..” ucapnya lagi.
Dava kemudian membenarkan posisinya dan duduk tepat di
depanku bukan lagi disebelahku.
“Kenapa?” kataku akhirnya.
“Lo nangis? Kenapa sih barbie ?” tanyanya
“Gue gapapa” jawabku sambil menunduk tanpa melihat ke
arahnya.
Dava yang tak puas dengan jawabanku kemudian mengangkat
daguku dengan tangan kanannya dan bertanya sekali lagi “Kamu kenapa?”
Aku membuang wajahku dan membiarkannya jatuh dari tangan
dava. Sekali lagi aku menggeleng. Aku berusaha menyembunyikan mataku yang mulai
basah. Namun usahaku gagal karna bahuku terus berguncang karna tangis sesak
yang ku ciptakan. Aku tak kuasa...aku menangis sejadi jadinya dihadapan Dava.
Dava yang tak biasa melihat aku menangis akhirnya menarikku
kedalam pelukannya. Aku dan Dava berhamburan dengan erat seolah tak ingin
kehilangan.
“Dav...gue sayang sama lo, gue benci perpisahan, Gue gak mau
lo pergi.” Kataku akhirnya dengan sangau sambil berlumuran air mata dibelakang
punggunya.
Dava tak menjawab ucapanku, aku tahu dia juga sedang berusaha
menahan tangisnya. Itu semua tersirat lewat pelukannya yang sangat erat
sehingga aku mulai merasakan sesak.
Aku dan Dava dua manusia yang di pertemukan dalam sebuah
produksi film. Aku tahu ini terlalu cepat, namun inilah yang Aku dan Dava
rasakan; persasaan nyaman. Kami bertemu 6 bulan lalu, beradegan mesra setiap
harinya untuk membangun chemistri...sangat sulit bagiku untuk memungkiri bahwa
perasaan ini hanyalah sebatas tuntutan peran. Karna Dava selalu bersamaku, dia
selalu menyambut senyumku dengan tatapan penuh cinta yang tak ku pungkiri telah
memikat hatiku. Kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar
bercanda atau mengisi jeda waktu. Dengannya...aku bisa berbuat apa saja,
membiacarakan apa saja tanpa perlu merubah diriku sempurna karna profesiku
sebagai public figure. Dia menerimaku
apa adanya, saat bersamanya disanalah ku temukan dunia baru dunia yang seakan
tanpa bosan ku kelilingi walau berulangkali. Aku sangat nyaman
bersamanya..Sangat...I dont need anything
cause I have my world..yes I have Him
Dava melepaskan pelukannya, tangannya kemudian berada
dipipiku berusaha menghapus airmataku. Tangan yang lebih dulu juga mengahpus
air matanya yang sengaja iya sembunyika dariku.
“Barbie gue juga sayang sama lo...gue akan selalu samasama
elo kok” ucapnya dengan senyum yang bisa membuatku ikut tersenyum seketika.
Semua penat dan sesak seakan hilang. Pikiran tentang
perpisahan dan kehilangan seakan tak ada lagi. Aku tersenyum lagi. Ya...karna
hanya Dava yang bisa membuatku merasa nyaman. Hanya Dava yang bisa membuat
semuanya kembali baik baik saja. When I’m
with you my life it’s as easy as breathing....
Aku menatapnya dalam...“Gendong...” kata ku dengan manja
“Apa? Gendong? Manja banget sih” ucapnya dengan tawa dan alis
terangkat
“Ihh gendong pokonya” pintaku lagi dengan manja seperti anak
kecil. Aku selalu manja saat bersamanya, dan Dava tak pernah bisa menolak
pintaku karna dia selalu ingin melihatku tersenyum..
Dava kemudian berdiri dihadapanku dan mengulurkan tangannya
padaku, mencoba membantuku untuk berdiri. “Gendongg!!”
“Ayo naik” katanya yang sudah setengah membungkuk
Aku melompat kepunggungnya, kemudian melingkarkan lenganku
dilehernya. Dava menggendongku dan kami beranjak pindah dari bibir pantai. Dava
membawaku berlali dalam gendongannya, berlari sekuat tenaganya yang baru
kusadari ia tak mengenakan alas kaki. Sehingga kaki putihya berlumuran pasir
pantai yang halus.
“Davaaaaa......” teriakku sambil tertawa dalam gendongan Dava
yang semakin kencang membawaku berlari
Tiba tiba Dava berhenti dan menurunkanku kembali ke pasir
pantai. “Ih kok udah?”
“Lu bawel sih” katanya sambil mencubit pipiku
“Davaaa!!!”
Dava menarik kedua tanganku mengangkatnya bersama kedua
tangannya ke depan dadanya. “Dava sayang Oliv” katanya dengan sungguh sungguh.
Aku hanya tersenyum dan tersipu malu, mukaku langsung memerah
seketika “Oliv juga sayang Dava” kataku akhirnya
Dava kembali menarikku kedalam pelukannya dan mebelai
rambutku perlahan.Aku berusaha menyakinkan diriku bahwa Dava tak akan pernah
pergi meninggalkan aku walau semua ini akan segera berakhir. Dia akan selalu
disisiku. Everyday I spent with you is
the best day of my life...