Powered By Blogger

Rabu, 02 Juli 2014

I Want You to Stay



Cerita ini merupakan karangan belaka, bukan kisah nyata-----------------------------

Hembusan angin perlahan mulai terasa bermain riang dengan rambut panjang sebahu milikku yang ku biarkan terjatuh. Aku duduk dengan beralaskan pasir pantai, kedua lenganku ku lingkarkan pada kedua lipatan kakiku.  Aku menatap pada perbatasan antara laut dan langit; pada garis cakrawala. Tepat diantara garis itu benda bulat berwarna jingga perlahan tenggelam dan membiarkan langit kehilangan. Kemudian langit berubah warna bercampur dengan jingga sehingga menghasilkan gradasi yang sangat indah bersama bias bias cahaya. 

Aku menarik nafas dalam dan sesekali memejamkan mata. Aku ingin merasakan betapa indahnya kuasa Tuhan tentang alam ini. Aku ingin merasakan kedamaian dan melepaskan segala beban.
Sesuatu tentang aku dan dia kemudian merajuk masuk kembali di kepalaku. Aku seperti kehilangan oksigen dan hampir menitihkan air mata.

 Tangan seseorang tiba tiba merangkul pundak ku. Aku tahu itu pasti milik Dava.. Kemudian Dava ikut duduk disampingku, dia tersenyum ke arahku “Aaaaah....indah banget ya sunsetnya liv” Aku hanya tersenyum dan mengangguk aku tak ingin memalingkan wajahku ke arahnya.

Tak ada suara antara aku dan Dava, kami terdiam. Aku dan dia berada pada gelembungnya masing-masing. Sesekali nafasku terasa berat hingga aku bisa mendengarnya sendiri.

“Liv...” ucapnya memecahkan keheningan.
Aku mendengarnya namun terasa mengambang. Aku fikir itu bukan pertanyaan dan aku tak perlu mengatakan apapun.
“Liv..” ucapnya lagi.
Dava kemudian membenarkan posisinya dan duduk tepat di depanku bukan lagi disebelahku.
“Kenapa?” kataku akhirnya.
“Lo nangis? Kenapa sih barbie ?” tanyanya
“Gue gapapa” jawabku sambil menunduk tanpa melihat ke arahnya.

Dava yang tak puas dengan jawabanku kemudian mengangkat daguku dengan tangan kanannya dan bertanya sekali lagi “Kamu kenapa?”
Aku membuang wajahku dan membiarkannya jatuh dari tangan dava. Sekali lagi aku menggeleng. Aku berusaha menyembunyikan mataku yang mulai basah. Namun usahaku gagal karna bahuku terus berguncang karna tangis sesak yang ku ciptakan. Aku tak kuasa...aku menangis sejadi jadinya dihadapan Dava.
Dava yang tak biasa melihat aku menangis akhirnya menarikku kedalam pelukannya. Aku dan Dava berhamburan dengan erat seolah tak ingin kehilangan.

“Dav...gue sayang sama lo, gue benci perpisahan, Gue gak mau lo pergi.” Kataku akhirnya dengan sangau sambil berlumuran air mata dibelakang punggunya.

Dava tak menjawab ucapanku, aku tahu dia juga sedang berusaha menahan tangisnya. Itu semua tersirat lewat pelukannya yang sangat erat sehingga aku mulai merasakan sesak.

Aku dan Dava dua manusia yang di pertemukan dalam sebuah produksi film. Aku tahu ini terlalu cepat, namun inilah yang Aku dan Dava rasakan; persasaan nyaman. Kami bertemu 6 bulan lalu, beradegan mesra setiap harinya untuk membangun chemistri...sangat sulit bagiku untuk memungkiri bahwa perasaan ini hanyalah sebatas tuntutan peran. Karna Dava selalu bersamaku, dia selalu menyambut senyumku dengan tatapan penuh cinta yang tak ku pungkiri telah memikat hatiku. Kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bercanda atau mengisi jeda waktu. Dengannya...aku bisa berbuat apa saja, membiacarakan apa saja tanpa perlu merubah diriku sempurna karna profesiku sebagai public figure. Dia menerimaku apa adanya, saat bersamanya disanalah ku temukan dunia baru dunia yang seakan tanpa bosan ku kelilingi walau berulangkali. Aku sangat nyaman bersamanya..Sangat...I dont need anything cause I have my world..yes I have Him

Dava melepaskan pelukannya, tangannya kemudian berada dipipiku berusaha menghapus airmataku. Tangan yang lebih dulu juga mengahpus air matanya yang sengaja iya sembunyika dariku.
“Barbie gue juga sayang sama lo...gue akan selalu samasama elo kok” ucapnya dengan senyum yang bisa membuatku ikut tersenyum seketika.

Semua penat dan sesak seakan hilang. Pikiran tentang perpisahan dan kehilangan seakan tak ada lagi. Aku tersenyum lagi. Ya...karna hanya Dava yang bisa membuatku merasa nyaman. Hanya Dava yang bisa membuat semuanya kembali baik baik saja. When I’m with you my life it’s as easy as breathing....

Aku menatapnya dalam...“Gendong...” kata ku dengan manja
“Apa? Gendong? Manja banget sih” ucapnya dengan tawa dan alis terangkat
“Ihh gendong pokonya” pintaku lagi dengan manja seperti anak kecil. Aku selalu manja saat bersamanya, dan Dava tak pernah bisa menolak pintaku karna dia selalu ingin melihatku tersenyum..

Dava kemudian berdiri dihadapanku dan mengulurkan tangannya padaku, mencoba membantuku untuk berdiri. “Gendongg!!”
“Ayo naik” katanya yang sudah setengah membungkuk
Aku melompat kepunggungnya, kemudian melingkarkan lenganku dilehernya. Dava menggendongku dan kami beranjak pindah dari bibir pantai. Dava membawaku berlali dalam gendongannya, berlari sekuat tenaganya yang baru kusadari ia tak mengenakan alas kaki. Sehingga kaki putihya berlumuran pasir pantai yang halus.

“Davaaaaa......” teriakku sambil tertawa dalam gendongan Dava yang semakin kencang membawaku berlari
Tiba tiba Dava berhenti dan menurunkanku kembali ke pasir pantai. “Ih kok udah?”
“Lu bawel sih” katanya sambil mencubit pipiku
“Davaaa!!!”

Dava menarik kedua tanganku mengangkatnya bersama kedua tangannya ke depan dadanya. “Dava sayang Oliv” katanya dengan sungguh sungguh.
Aku hanya tersenyum dan tersipu malu, mukaku langsung memerah seketika “Oliv juga sayang Dava” kataku akhirnya


Dava kembali menarikku kedalam pelukannya dan mebelai rambutku perlahan.Aku berusaha menyakinkan diriku bahwa Dava tak akan pernah pergi meninggalkan aku walau semua ini akan segera berakhir. Dia akan selalu disisiku. Everyday I spent with you is the best day of my life...

Jumat, 07 Maret 2014

Sepenggal Kisah Rindu


Seharusnya saat ini aku sedang fokus menghafal doa-doa untuk Ujian Praktek Agama Islam besok. Tapi entah mengapa sesuatu tiba-tiba melintas di atas kepalaku. Fikiranku semakin membawaku pergi jauh di alam bawah sadarku. Akhirnya aku menyadari bahwa hatiku semakin teriris perih. Aku melupakan sejenak tentang tugas-tugas yang berserakan yang sudah menuntutku untuk segera di kerjakan.

Sosok itu menarikku kembali ke masa yang paling aku benci. Masa lalu itu sepertinya hidup kembali, berpura-pura menegur bak bidadari namun nyatanya berniat untuk menjatuhi. Hari ini, aku melihatmu, kamu mulai menyapaku lebih dulu. Harusnya aku tak perlu menoleh ketika kau memanggil namaku dengan begitu lirih. Rupamu masih sama seperti dulu, aku sama sekali tak melihat ada yang berbeda dari wajah manis itu. Aku selalu hafal senyum manis dan mata indah yang setiap waktu selalu membiusku. Aku masih hafal tubuh  nan tinggi menjulang dengan dada bidang yang dari dulu ingin sekali aku rasakan pelukannya. Suara lembut yang seperti bisikan ketika memanggil namaku. Aku merindukan itu, merindukan saat kita bisa berbicara malu-malu, bukan dengan jarak sejauh ini.

Andai aku punya mesin waktu, ingin sekali ku cicipi sedikit saja kebahagian saat bersamamu. Ingin ku kembalikan sosok kamu yang dulu pernah menjadi bagian dari hari-hariku tapi sayang aku tak punya mesin waktu. Kamu yang sekarang bukan lagi kamu yang selalu temani aku untuk menatap malam penuh bintang. Kamu yang sekarang bukan lagi laki-laki penyuka bulan. Kamu...bukan lagi yang dulu aku kenal.

Setiap waktu selama dua tahun ini aku selalu membisu, diam-diam mencari tahu kabarmu lewat lini waktu twittermu. Aku tahu disana kau selalu terlihat baik-baik saja. Aku tak pernah berani untuk menyapamu lebih dulu meskipun itu hanya dunia maya. Tapi ketakutan itu selalu sama. Aku takut mengganggu hubungan barumu dengan dia. Maka dari itu, ku putuskan untuk diam dan menunggu kamu yang mencariku lebih dulu.

Waktu dua tahun yang aku kira lambat ternyata berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin berkenalan denganmu namun mengapa kini kita sudah sangat berjauhan? Rasanya baru kemarin menikmati pakaian putih abu-abu dan kini hanya menghitung hari pakaian itu akan kugantungkan dilemari. Dan apa seperti ini cerita putih abu-abu yang akan ku kenang? Selalu tentang kamu dan perasaanku?

Selama ini....selama dua tahun ini, kamu seperti hantu yang datang dan pergi menggoda imanku. Kamu menggangguku dalam proses melupakanmu. Dan kelemahanku adalah tak pernah berani mengusirmu karna aku tak pernah ingin melukai perasaanmu. Apa kau tahu? Selama dua tahun ini yang kutulis seluruhnya adalah tentang kamu, tentang perasaanku terhadapmu. Kamu telah menjelma secara magis lewat tulisanku. Perasaan yang Tuhan tumbuhkan dihatiku kepadamu terlalu kuat, hingga aku sendiri tak mampu mencabutnya. Kini...bisakah kau bisikkan pada Tuhan tuk mencabut perasaan ini dari hatiku?

Aku tahu, kamu pernah punya yang baru dan melupakanku. Dan sekarang kamu dan dia sudah mengakhiri segalanya bahkan kau sudah temukan yang baru lagi. Selama rentan waktu itu kamu juga masih sering menghubungiku lebih dulu lewat chat bbm atau whatsapp. Memulai kembali percakapan denganku, tanpa rasa bersalah. Aku senang kau hubungi lebih dulu meski dengan datang dan pergi. Begitukah kamu hadir dalam hidupku? Mencariku ketika kesepian datang menghampirimu dan ketika kau temukan yang baru kamu melupkanku. Aku merasakan itu berkali kali selama ini. Apa hanya aku yang kau perlakukan seperti ini?
Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin agar rasa yang tertahan bisa terlupakan. Aku ingin tahu rasanya menikmati hari tanpa beban perasaan. Aku ingin tahu rasanya bahagia sesungguhnya tanpa harus berpura-pura tegar. Aku selalu menunggu waktu, waktu perpisahan kelas 12 dan memulai sesuatu yang baru tanpa memikirkanmu. Karena selama ini aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Karena tak pernah ada yang tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Tak banyak yang tahu bahwa air mataku masih terjatuh untukmu, yang mereka tahu aku hanyalah temanmu, persinggahan disaat kamu butuh. Padahal, mereka tak pernah tahu betapa kita dulu pernah berjalan begitu dekat seakan tanpa jarak.

Kini aku hanya ingin bertanya, kapan kau akhiri semua teka-teki ini ? Karena aku sudah lelah memainkannya.....

Maafkan perempuan tak tahu diri

yang masih saja mengharapkanmu.. 

Kamis, 06 Maret 2014

Kerajaan Got Talent for XII TGB

UJIAN PRAKTEK BAHASA INDONESIA DAN SENI BUDAYA
KELAS XII TGB ANGKATAN 3
SMKN 1 CIBINONG

JUDUL : KERAJAAN GOT TALENT

Sutradara                               : Miftahul Ulum
Asisten Sutradara                  : Haiqal Dwi Ghifari
Penulis Naskah                      : Fitriana Eka Puspa, Rezky Sutra
Tata Suara                             : Satria Wirahadi Wijaya, M.Abdurrasyid, Fajar Sidiq Sunadi
Tata Panggung                       : M.Topik, Annisa Fitri Aryandha
Tata Busana                           : Tri Wahyuningsih, Desy Rustiyani
Tata Rias                                : Devira Rizka Finni
Ide Cerita                                : Siswa XII TGB

PENOKOHAN


1.      Narator                      : Novita Anggraeny
2.      Raja                           : Ibnu Sunuaji
3.      Ratu                           : Meydiana
4.      Putri Dandelion         : Arlina Siti Elitta
5.      Pengawal 1                 : Ahmad Arfata Ubay
6.      Pengawal 2                 : Nazarul
7.      Mas Anang                : Alfian Raynaldi
8.      Ahmad Dandan          : Muhamad Topik
9.      Agnes Mokurus         : Irghina Nabilah Sari
10.  Nenek Sihir                : Tri Wahyuningsih
11.  Snow White                : Rasya Maulida
12.  Master of Ceremony : Naina Nuwuliyaraya
13.  Si Pitung 1                  : Bagas Herdianto
14.  Si Pitung 2                  : Dzakwan Faris
15.  Malin Kundang          : Rezky Sutra
16.  Ibu Malin                   : Putri Handayani
17.  Ibu Bawang                : Devira Rizka Finni
18.  Bawang Merah          : Ineke Anggrawati S.
19.  Bawang Putih             : Annisa Fitri A.
20.  Daun Bawang             : Rizki Dwi Wahyuni
21.  Bunga                         : Desy Rustiyani
22.  Pangeran Antares      : Muhammad Putra R.
23.  Zean Lameyee           : Gilang Cahyaningtias
24.  Bintang                       : Fitriana Eka Puspa
25.  Viola                           : Fadhila Khairunnisa
26.  Andrea Lameyee       : Hadiah Salma
27.  Maemunah                 : Siti Nurhasanah
28.  Petrus                         : M.Reski J.J.
29.  Suster                         : Murni Fajriah

30.  Penghulu                    : Oto Andrianto


KERAJAAN GOT TALENT
Pada zaman dahulu, ada sebuah kerjaan besar yang bernama Majamanis. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Raja Gantara. Raja Gantara merupakan Raja yang sangat bijaksana, namun terkadang terlihat angkuh. Beliau mempunyai seorang Ratu yang sangat cantik bernama Ratu Kintan. Ratu Kintan adalah Rantu yang baik hati juga ramah kepada rakyatnya. Setelah beberapa tahun menikah, hadirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Putri Dandelion. Kini Sang Putri sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik jelita. Putri Dandelion sangat memiliki kemiripan dengan Sang Ratu baik wajah maupun sifatnya.
Hingga pada suatu hari, suasana di Kerajaan Majamanis sangat menjenuhkan bagi keluarga Kerajaan. Ketika suasana semakin membosankan, berkatalah Sang Putri Dandelion kepada Sang ayah. Belia ini mengusulkan kepada Ayahnya untuk mengadakan Sayembara yang bertemakan Kerajaan Got Talent. Kemudian Raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menyebarkan berita tersebut ke seluruh pelosok Nusantara.

SCENE 1
Dandelion        : Selamat pagi.......
Raja&Ratu       : Selamat pagi Putriku...
Dandelion        : Hoaaaaah...Pagi yang membosankan!!
Ratu                 : Ada apa anakku, apa kehidupan dikerajaan sangat membosankan bagimu?
Dandelion       : Yaa ibunda, bukankah kerajaan kita sangat damai dan tentram. Apa ayahanda tidak merasa bosan? (Hening....)
“Bagaimana kalau kita membuat sayembara.”
Ratu                 : “Kedengarannya itu sangat menarik, bagaimana kakanda?”
Raja                 : Sayembara?(berfikir sejenak)
 Hmmm yaaa itu sangat menarik! Pengawal !!!
                        (Pengawal masuk)
Raja                   : “Pengawal. Aku perintahkan kalian untuk menyebarkan berita ke seluruh rakyat bahwa Sabtu depan Kerajaan akan mengadakan Sayembara. Barang siapa yang berhasil menghibur aku dan keluargaku akan mendapatkan penghargaan setinggi-tingganya.
Pengawal 1     : “Maaf paduka apakah sayembara itu untuk semua rakyat disini?”
Raja                 : “Sudah saya katakan tadi. Iya untuk seluruh rakyat!!” (emosi dikit)
Pengawal 2     : “Baik paduka akan segera hamba lakukan”
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

SCENE 11 PERNIKAHAN

Jarum jam terus berputar, kini waktu berganti hari, hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Kini sudah satu bulan sejak sayembara digelar. Sudah satu bulan pula Putri Dandelion dan Antares menjalin kasih untuk saling mengenal. Perasaan cinta yang awalnya tak pernah ada kini sudah tumbuh di dalam benak masing-masing. Meskipun Antares bukanlah seorang anak Raja namun Putri Dandelion mampu menerima itu semua. Baginya Antares sudah cukup sempurna dengan apa adanya dirinya.
Kini hari penyatuan janji suci antara Putri Dandelion dan Antares pun tiba. Kebahagian Kerajaan Majamanis sangat terlihat ketika seluruh rakyat dengan senang hati bergotong royong untuk membuat Istana lebih indah. Semua tampak bahagia, akhirnya akan ada sosok baru yang hadir di Kerajaan dan mereka berharap bahwa Kerajaan akan lebih baik.
(scene Ini dikasih sound Fly to your heart SelGom ya)
 (Settingnya di Aula pernikahan//mau ijab kobul)

Dandelion       : “Bundaa...kenapa ya aku deg deg an banget sekarang huuuh” (tapi denga nada gugup)
Ratu                             : “Iyalah nak namanya juga mau mengucap janji suci, dulu Bunda juga gitu, udah kamu tenang aja. Semua akan berjalan lancar.”
Antares           : “Kamu siap kan?”
//Dandelion hanya mengangguk//
Pangeran         : (mengecek kondisi Putri) “Dandelion telah tiada...”


SCENE 12 KERUSUHAN

Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian rapih  datang ketengah tengah Aula pernikahan. Rupanya ia hendak menggagalkan pernikahan Putri Dandelion dan Antares.
Petrus                : “Wahai Putri Dandelionku, engkaulah jodohku, bidadariku, pujaan hatiku,  terimalah cintaku, menikahlah denganku. Sesungguhnya aku adalah pangeranmu. Aku Sang Pangeran yang datang dari Kerjaan Malam. Aku si Pangeran Kesiangan yang akan terus mengejar cintamu. Oohh Putri Dandelion Cintaku.. Aku mencintaimu dalam setiap hembusan nafasku. Engkau bagai darah yang mengalir dalam setiap tetes hemoglobinku. Engkau selalu menjelma menjadi bayang-bayang yang selalu melintas dalam fikiranku.
(Semuanya hening/kaget/bingung dia orang gila atau bukan)
Petrus                : “Sekali lagi aku katakan padamu..Aku mencintaimu dengan setulus hatiku. Aku persembahkan seluruh jiwa dan ragaku untukmu duhai tulang rusukku.. Maukah kau menerimaku sebagia Pangeranmu????”
Raja                   : “Siapa kau? Berani-beraninya masuk dan mengacaukan acara pernikahan putriku?”
Madman           : “Aku calon mantumu Tuan.”
Pangeran           : “Haiiii!! Jangan kurang ajar kau!! Dia calon istriku bukan milikmu. Pergi kau manusia antah berantah!”
Petrus                : “Hai siapa kau bocah bau kencur, dia milikku, the one and only for me!! Kalau kau berani langkahi dulu mayatku,akulah yang lebih pantas untuk putri.Putri.....//mulai berpuisi lagi”
Penghulu           : “Loh jadi yang benar Pangerannya yang mana to?”
//Antares dan Petrus bareng-bareng bilang “SAYA”
//Disini agak berantem kecil trus dipisahin sama pengawal//
//Gak lama Murni dateng//
Suster                ://memegangi tangan Petrus// Haaaa kena kau! Maaf Tuan Putri..Raja...saya mau menjemput pria ini, dia telah kabur dari kamarnya. Jiwa pria ini agak terganggu//sambil menahan tangan Petrus//
//Pada kaget, diam//
Suster                : “Jadi dia baru saja melarikan diri dari rumah sakit jiwa. Dia sangat mengidolakan Sang Putri dan dia menjadi gila karena jutaan puisi yang di buatnya untuk putri”
Antares              : “Oh jadi pria ini gila. Benarkan dugaanku.”
Suster                : “Maaf sekali lagi telah membuat kerusuhan disini. Saya akan membawanya pergi.Permisi//menarik paksa madman”
Suster                : “ //Mengajak Petrus pulang ke rumah sakit.” 
Madman           : “ //Memaksa untuk melepaskan diri.”
(Semuanya diam karna kaget/kemudian suster pergi)
Raja                   :” Ada ada saja, mengapa orang gila bisa masuk kesini?! Pengawal!! Bantu dia membawanya orang gila ini keluar”
//Pengawal dan Suster membawa Petrus keluar//Petrus meronta-ronta sambil manggil-manggil Putri Dandelion//
Pangeran           : “Kamu gak apa-apa Putri?”
Dandelion          : “Iya aku gak apa-apa kok, terimakasih”
Penghulu           : “Bagaimana Paduka apakah pernikahan ini akan tetap dilangsungkan?”
Raja                   : “Iya pernikahan tetap dilanjutkan.”
//Semuanya kembali duduk kecuali Pengawal//
Penghulu           : “Baiklah Antares apakah kau siap aku nikahkan dengan Putri Dandelion.”
Antares              : “Siap.”
Penghulu           : “Bagaimana Putri, apakah siap?”
Dandelion          : “................iya”
Pengulu             : //jabatan tangan sama Antares// “Saya nikahkan Saudara Antares dengan Putri Dandelion binti Raja Gantara dengan seperangkat alat solat dan uang sebesar delapan belas juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah dibayar tunai.”
Antares              : “Saya terima nikahnya Putri Dandelion binti Raja Gantara dengan seperangkat alat solat dan uang sebesar delapan belas juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah dibayar tunai.”
Penghulu           : “Bagimana saksi.”
Semuanya bilang “SAH!!!”
//Kemudian semua pemain naik ke panggung trus salamin pengantinnya//

Akhirnya akhir bahagia yang dinanti dapat diwujudkan pada hari ini. Meskipun banyak rintangan menghadang namun kebahagian yang sejati akan hadir dengan caranya sendiri. Bahagia yang sejati itu berasal dari hati kita sendiri bukan dari hasil merebut kebahagiaan orang lain.
Manusia pada dasarnya terlahir dengan sifat dan karakter masing-masing. Disini kami berusaha menyatukan 35 kepala dengan fikiran yang berbeda beda. Kami kelas 12 TGB mohon maaf apabila ada kesamaan cerita atau setting. Semua hanyalah fiktif belaka. Terimakasih atas partisipasinya.
(NYANYI BARENG2 /LASKAR PELANGI)

“PERCAYAI MIMPIMU YAKINKAN DIRIMU UNTUK MEWUJUDKANNYA.”
Salam XIITGB_3rd

~THE END~

Rabu, 15 Januari 2014

Menjelaskan Kehilangan

Beberapa hari setelah kepergianmu yang entah harus ku sebut apa.­­ Kamu meninggalkan ku(lagi), berjalan bahkan berlali menjauh pergi. Ini bukan yang pertama, juga bukan yang kedua atau yang ketiga. Aku tak pernah menghitung sudah berapa kali kamu datang dan pergi seperti ini. Kamu selalu begitu, datang sebentar mengukir kenangan baru, kemudian pergi tanpa pamit kepadaku.
Namun ada yang berbeda pada kepergianmu kali ini. Aku tahu alasanmu pergi kali ini berasal dari kebodohanku. Kamu pergi setelah membaca kicauanku pada dunia maya itu. Kicauanku kali itu memang ku tunjukkan kepadamu, tapi aku tak pernah meyangka bahwa kamu akan menemukan tulisanku yang satu itu. Aku menyesal pernah menulis tentangmu. Sejujurnya aku hanya ingin menyadarkanmu tentang apa yang aku rasakan. Hanya ingin kau mampu mengerti perasaanku ketika dengan mudahnya kamu datang dan pergi dari hidupku—berkali-kali.
Namanya juga sebuah tulisan, seseorang bisa saja membaca dari sudut pandang dirinya bukan dari sudut pandang penulisnya. Dan itulah yang terjadi diantara kita. Kamu mengartikan tulisanku dari sudut pandangmu, lalu sudahkah kamu membacanya dari sudut pandangku? Tentu belum. Kamu berfikir sesukamu tanpa bertanya padaku dahulu. Setelah itu kamu membalas tulisanku dengan kicauan pada dunia yang sama juga. Saat itu kamu berkata bahwa kamu tak akan mengganggu hidupku. Aku tak pernah mengira kalau kamu akan benar-benar pergi, tapi akhirnya aku sadar kalau kamu memang sudah pergi. Aku terluka, sangat parah. Seharusnya aku tak perlu menangis terisak seperti ini karena kepergianmu bukanlah yang pertama. Tapi mengapa harus ku kunjungi mimpi buruk ini lagi, padahal beberapa hari yang lalu baru saja ku temukan taman pelangi warna-warni. Aku sadar bahwa tawa dan air mata memang sudah menjadi satu paket.
Jika saja kamu mampu membaca fikiranku dan memahimi isi hatiku. Sungguh...kehadiranmu adalah hal yang selalu aku tunggu. Tertawa bersamamu mungkin adalah kebahagiaan yang tak pernah ku rasa sebelumnya. Tapi nyatanya..kamu tak pernah mengerti. Kamu menganggap bahwa hatiku sudah baik-baik saja. Tentu saja tidak. Sekalipun aku sudah mampu menerima segalanya, tetap saja aku tak bisa menggantikan kenangan yang pernah ada. Luka mungkin bisa sembuh, tapi apa kamu yakin bahwa bekasnya akan benar-benar hilang ? Tak mungkin. Seharusnya kamu paham bahwa tak mudah menganggap apa yang yang dicinta adalah hal yang biasa. Dan tak pernah mudah menganggapmu hanya teman ketika perasaanku menjadikanmu kecintaan.
Dimataku kamu berbeda, dihatiku kamu telah jadi segalanya. Inilah perasaanku yang masih sama sejak dua tahun lalu. Cukupkah penjelasanku? Tentu saja tak pernah cukup. Seandainya kau tahu memendam perasaan selama ini sendirian bukanlah hal yang mudah bagiku. Dulu kamu pernah tahu perasaanku, tapi kamu tentu tidak pernah tahu sedalam apa perasaanku. Satu tahun lebih aku jatuh cinta diam-diam, menjadi pemuja rahasia yang tak pernah berani untuk ungkapkan perasaan.
Aku tak pernah marah ketika kamu selalu jadikan aku persinggahan tempatmu meletakkan segala kecemasan. Aku selalu siap jika kau jadikan sandaran tuk menghilangkan penat. Apa selama ini aku pernah menolakmu ketika kau seenaknya masuk tanpa permisi? Kamu  tiba-tiba datang minta ditemani dan ketika lukamu sembuh kemudian kamu pergi lagi dan begitu seterusnya. Sejujurnya aku lelah berdiri di trotoar jalan. Kapan kau kan jadikan aku tujuan ?
Satu hal lagi yang tak pernah kau tahu. Aku menyimpan lukaku dalam-dalam sehingga lukaku tak pernah benar-benar sembuh. Aku hanya bersikap layaknya orang yang tak rapuh. Padahal jika kau sentuh saja mungkin hatiku sudah luruh. Aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Dan kai ini aku benar-benar merasa kosong. Ada sesuatu yang tiba-tiba hiang—kamu. Aku berharap hatiku bisa pulih kembali dan mampu melupakanmu. Namun satu hal yang aku sendiri tak tahu mengapa aku masih bertahan dalam ketidaktahuanmu. Hati kecilku meyakini bahwa kamu akan selalu kembali.

Untuk kamu yang tak pernah menyadari kesakitanku
-Bintang


Sabtu, 11 Januari 2014

Untuk Aku dan Kamu yang tak pernah menjadi Kita


Aku masih sangat ingat betapa  dua tahun lalu aku pernah berkenalan denganmu. Tentu saja saat itu kita masih murid kelas sepuluh. Aku juga masih ingat kekikukan dulu saat membalas uluran tanganmu untuk berkenalan. Pertama kali mendengar suaramu saat menyebutkan nama aku sudah tahu bahwa kamu adalah laki-laki maha lembut mempesona. Nada bicaramu tak seberat yang dimiliki pria seusiamu. Kamu berbeda itulah hal pertama yang menarik perhatianku.
Ketika minggu berikutnya kamu meminta nomer handphone-ku. Kamu juga selalu menyapaku lebih dulu. Kemudian kita jadi sering bertukar kabar melalui pesan singkat, bercerita tentang kesukaanku, teman-temanku dan hidupku. Aku tahu aku yang lebih sering membuka tentang pribadiku terhadapmu dan kamu terlalu egois untuk membagi kisahmu padaku. Tapi aku tak pernah ingin memaksamu untuk bercerita tentang apa yang tak ingin kau ungkapkan. Bukannya aku tak peduli, aku hanya takut jika aku memaksa kau akan menjauh.
Sejak saat itu, aku sering diam-diam memperhatikanmu dari sudut yang tak pernah kau tahu. Memandangimu dari jauh adalah hobi baruku kala itu. Aku sering tersenyum sendiri ketika ku temui wajahmu dalam ekspresi yang berbeda-beda. Lagi lagi kamu seperti fokus yang membuatku tertuju hanya padamu. Aku dan kamu tentu tidak pernah tahu apa yang sudah direncakanakan olehNya. Entah kekuatan yang bersasal darimana, yang membuatmu masuk dalam daftar doaku, kamu sudah berada disana; hatiku. Aku pun tak tahu ini cinta atau hanya ketertarikan sesaat. Mungkin rasa ini hadir terlalu cepat tapi nyatanya tak pernah berakhir begitu cepat—rasa itu masih sama.
Aku tahu, kamu memang orang baik dan mudah memberikan perhatian pada siapapun. Mungkin itulah kesalahanku yang tak berhati-hati menggubris semua perhatianmu sehingga membuat hatiku mengartikannya berbeda. Namun apa yang harus kulakukan ketika kau sudah memiliki tempat dihatiku. Dengan cara apa aku bisa mencabut perasaan itu ? Aku membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Kita begitu hangat, meski tak pernah ungkapkan cinta atau panggilan sayang. Bagiku yang terpenting adalah kau bersamaku, disisiku, dan aku merasa nyaman. Itu sudah lebih dari cukup bagiku untuk menjaga kita. Bukan. Bukan “kita” tapi aku dan kamu dan tak pernah ada kita. Aku terus mengikutimu dan belum mau berhenti sampai akhirnya aku merasa kesakitan.
Aku sadar aku tak pernah melakukan sesuatu yang berarti dimatamu. Bahkan ketika ulang tahunmu kemarin aku sama sekali tak berusaha mengucapkan apa pun kepadamu. Ketakutanku masih sama; aku selalu merasa “bukan siapa-siapanya kamu” dan perjuangan yang selalu ingin ku lakukan kemudian berhenti pada satu kalimat itu. Lalu, kulakukan saja  permohonan doaku dalam setiap sujud malam, karena namamu tak pernah lepas dari setiap permintaanku. Jika saja kita punya status lebih dari teman, aku pasti akan membawamu kedalam pelukan, menyanyikan lagu selamat ulang tahun juga mengucapkan segala doaku untukmu sehingga kau bisa aminkan. Aku juga ingin kamu mendengar detak jantungku, helaan napasku, dan desir aneh yang kurasakan ketika berada di dekatmu.
Aku sangat menyayangkan ketika kamu menjauh, pergi tanpa pamit lebih dulu. Kedekatan yang dulu pernah ada kini tak lagi tercipta. Kecuali ketika kamu hadir lagi, datang dan pergi tanpa permisi. Ketika aku sudah mulai terbiasa tanpa kamu dan mampu menerima kenyataan, kamu hadir kemudian mengubah dan mengacak acak apa yang susah payah aku susun dengan sangat hati-hati—hatiku.
Diam-diam (lagi) aku mencari tahu kabarmu, lewat kicauan di dunia maya. Aku tak pernah bertanya siapa sosok yang sering kau sebut sebut sebagai pujaan hatimu, tapi aku tahu karena kicauanmu sudah sangat cukup jelas bagiku. Mungkin dia perempuan paling beruntung yang dapat memiliki hatimu. Hatiku mungkin sedikit teriris ketika ku dapati sosoknya ada di biomu. Namun inilah cinta, hanya ada dua orang di dalamnya. Aku cukup sadar diri untuk tak kan ada diposisi orang ketiga.
Aku berusaha tegar saat bertemu denganmu, aku bersikap seoalah semua baik baik saja dan tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Namun, tahukah kamu apa yang membuatku bertahan selama ini menjadi pemuja rahasiamu? Aku tak tahu harus melarikan segala rasa sakitku kemana. Akhirnya aku selalu menulis tentangmu dan rasa sakitku. Lewat tulisan aku bisa uraikan air mataku, kegelisahanku, rasa sakitku, rinduku..segalanya. Aku sangat merindukanmu..sangat..dan sepertinya kamu tak pernah tahu itu. Selama ini aku selalu menunggumu, menunggu kamu menyapaku lebih dulu. Aku rindu kamu mencariku lebih dulu, menghubungiku ketika kamu penat dan inginkan ku jadi persinggahan tempatmu bersandar. Aku tahu aku tak pernah bisa berbuat banyak selain menunggu kamu datang, aku selalu kuat membisu dan tak pernah berani ungkapkan apa yang sesungguhnya aku inginkan. Meskipun ini terlihat sangat bodoh, namun entah mengapa aku tak ingin melupakanmu.
Kalau saja aku punya keberanian lebih, rasanya aku ingin bertanya sesuatu padamu. Apakah kamu tak pernah merasakan rindu diam-diam seperti yang kurasakan saat merindukanmu ? Apakah perasaanmu memang sudah mati hingga kau tak pernah menyadari akan perasaanku ? seberapa butakah hatimu sampai tak menyadari aku berjuang untukmu ? Mengapa kau begitu tega menjadikanmu sebagai persinggahan ?
Seandainya kamu tahu...selama ini aku terseok seok menahan sakitnya mencintaimu. Aku berlumut karena menunggumu yang entah kapan kan kembali. Seharusnya aku berhenti, iya aku  tahu. Tapi entah mengapa hatiku enggan tuk menjauh darimu. Rasanya sangat sulit bagiku untuk ikuti jejakmu untuk berjalan menjauh.
Dalam malam pergantian hari aku sangat sulit untuk terlelap.
Dan diantara buku-buku latihan Ujian Nasional yang harusnya aku kerjakan, aku masih mampu mengingatkmu dengan jelas.
Aku masih merindukanmu.

Pukul 2.20 am 11 Januari 2014