Seharusnya
saat ini aku sedang fokus menghafal doa-doa untuk Ujian Praktek Agama Islam
besok. Tapi entah mengapa sesuatu tiba-tiba melintas di atas kepalaku.
Fikiranku semakin membawaku pergi jauh di alam bawah sadarku. Akhirnya aku
menyadari bahwa hatiku semakin teriris perih. Aku melupakan sejenak tentang
tugas-tugas yang berserakan yang sudah menuntutku untuk segera di kerjakan.
Sosok itu
menarikku kembali ke masa yang paling aku benci. Masa lalu itu sepertinya hidup
kembali, berpura-pura menegur bak bidadari namun nyatanya berniat untuk
menjatuhi. Hari ini, aku melihatmu, kamu mulai menyapaku lebih dulu. Harusnya
aku tak perlu menoleh ketika kau memanggil namaku dengan begitu lirih. Rupamu
masih sama seperti dulu, aku sama sekali tak melihat ada yang berbeda dari
wajah manis itu. Aku selalu hafal senyum manis dan mata indah yang setiap waktu
selalu membiusku. Aku masih hafal tubuh
nan tinggi menjulang dengan dada bidang yang dari dulu ingin sekali aku
rasakan pelukannya. Suara lembut yang seperti bisikan ketika memanggil namaku.
Aku merindukan itu, merindukan saat kita bisa berbicara malu-malu, bukan dengan
jarak sejauh ini.
Andai aku
punya mesin waktu, ingin sekali ku cicipi sedikit saja kebahagian saat
bersamamu. Ingin ku kembalikan sosok kamu yang dulu pernah menjadi bagian dari
hari-hariku tapi sayang aku tak punya mesin waktu. Kamu yang sekarang bukan
lagi kamu yang selalu temani aku untuk menatap malam penuh bintang. Kamu yang
sekarang bukan lagi laki-laki penyuka bulan. Kamu...bukan lagi yang dulu aku
kenal.
Setiap waktu
selama dua tahun ini aku selalu membisu, diam-diam mencari tahu kabarmu lewat
lini waktu twittermu. Aku tahu disana kau selalu terlihat baik-baik saja. Aku
tak pernah berani untuk menyapamu lebih dulu meskipun itu hanya dunia maya. Tapi
ketakutan itu selalu sama. Aku takut mengganggu hubungan barumu dengan dia.
Maka dari itu, ku putuskan untuk diam dan menunggu kamu yang mencariku lebih
dulu.
Waktu dua
tahun yang aku kira lambat ternyata berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin
berkenalan denganmu namun mengapa kini kita sudah sangat berjauhan? Rasanya
baru kemarin menikmati pakaian putih abu-abu dan kini hanya menghitung hari
pakaian itu akan kugantungkan dilemari. Dan apa seperti ini cerita putih
abu-abu yang akan ku kenang? Selalu tentang kamu dan perasaanku?
Selama
ini....selama dua tahun ini, kamu seperti hantu yang datang dan pergi menggoda
imanku. Kamu menggangguku dalam proses melupakanmu. Dan kelemahanku adalah tak
pernah berani mengusirmu karna aku tak pernah ingin melukai perasaanmu. Apa kau
tahu? Selama dua tahun ini yang kutulis seluruhnya adalah tentang kamu, tentang
perasaanku terhadapmu. Kamu telah menjelma secara magis lewat tulisanku.
Perasaan yang Tuhan tumbuhkan dihatiku kepadamu terlalu kuat, hingga aku
sendiri tak mampu mencabutnya. Kini...bisakah kau bisikkan pada Tuhan tuk
mencabut perasaan ini dari hatiku?
Aku tahu, kamu
pernah punya yang baru dan melupakanku. Dan sekarang kamu dan dia sudah
mengakhiri segalanya bahkan kau sudah temukan yang baru lagi. Selama rentan
waktu itu kamu juga masih sering menghubungiku lebih dulu lewat chat bbm atau
whatsapp. Memulai kembali percakapan denganku, tanpa rasa bersalah. Aku senang
kau hubungi lebih dulu meski dengan datang dan pergi. Begitukah kamu hadir
dalam hidupku? Mencariku ketika kesepian datang menghampirimu dan ketika kau
temukan yang baru kamu melupkanku. Aku merasakan itu berkali kali selama ini.
Apa hanya aku yang kau perlakukan seperti ini?
Rasanya aku
ingin berteriak sekencang mungkin agar rasa yang tertahan bisa terlupakan. Aku
ingin tahu rasanya menikmati hari tanpa beban perasaan. Aku ingin tahu rasanya
bahagia sesungguhnya tanpa harus berpura-pura tegar. Aku selalu menunggu waktu,
waktu perpisahan kelas 12 dan memulai sesuatu yang baru tanpa memikirkanmu.
Karena selama ini aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Karena tak pernah ada
yang tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Tak banyak yang tahu bahwa air mataku
masih terjatuh untukmu, yang mereka tahu aku hanyalah temanmu, persinggahan
disaat kamu butuh. Padahal, mereka tak pernah tahu betapa kita dulu pernah
berjalan begitu dekat seakan tanpa jarak.
Kini aku hanya
ingin bertanya, kapan kau akhiri semua teka-teki ini ? Karena aku sudah lelah memainkannya.....
Maafkan
perempuan tak tahu diri
yang
masih saja mengharapkanmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar